1. Bacillus Thuringiensis Pronunciation
  2. Bacillus Thuringiensis Gram Stain
Klasifikasi

Bacillus merupakan bakteri Grampositif, berbentuk batang, beberapa spesies bersifat aerob obligat dan bersifatanaerobik fakultatif, dan memiliki endospora sebagai struktur bertahan saatkondisi lingkungan tidak mendukung. Bentuk spora (endospora) Bacillusbervariasi bergantung pada spesiesnya. Endospora ada yang lebih kecil dan adajuga yang lebih besar dari pada diameter sel induknya. Pada umumnya sporulasiterjadi bila keadaan medium memburuk, zat-zat yang timbul sebagai pertukaranzat yang terakumulasi dan faktor luar lainnya yang merugikan. Bacillusmempunyai sifat yang lebih menguntungkan daripada mikroorganisme lain karenadapat bertahan hidup dalam waktu yang lama pada kondisi lingkungan yang tidakmenguntungkan untuk pertumbuhannya. Spesies jenis Bacillus juga berbeda dalam sifatpertumbuhannya.

Beberapa bersifat mesofilik misalnya Bacillus subtilis yanglainnya bersifat termofilik fakultatif misalnya Bacillus coagulans atautermofilik pada Bacillus stearothermophilus sering menyebabkan kerusakan padamakanan kaleng. Sebanyak 22 spesies Bacillus telah diidentifikasi diantaranyabanyak ditemukan pada makanan. Beberapakelompok bakteri Bacillus menghasilkan metabolit sekunder yang dapat menekanpertumbuhan patogen (Backman et al.,1994). Bacillus telah banyak diaplikasikanpada benih untuk mencegah patogen tular tanah seperti Fusarium oxysporum,Rhizoctonia solani, Botrytis cinera, Phytium sp. Dan Sclerotium rolfsii (Baker& Cook, 1974).

Berpotensi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman- Biokontrol fungi patogen akar Widyawati (2008). Bacillus subtilis -Sebagai agen pengendali hayati - Sebagai PGR (Plant Growth PromotingRhizobacteria) Sulistiani (2009). Bacillus subtilis - Memiliki pengaruhbiofungisida terhadap serangan penyakit antraknosa pada cabai merah (Capsicumannuum L.) Kusnadi et al.

Bacillus thuringinensis - Memproduksibioinsektisida pada media tapioka Salamah (2002). Bacillus thuringinensis -Memproduksi bioinsektisida pada media air kelapa Priatno (1999).

Pengahasil α- amilase ekstraseluler Widyasti (2003). Bacillusthermoglucosidasius AF-01 - Memproduksi parsial protease alkali Fuad et al.(2004). Bacillus licheniformis - Sebagai feed suplement terhadap pertumbuhanikan nila merah Haetami et al. BK 17 - Mampu menghambatjamur patogen Aspergillus sp. Yang menginfeksi ikan nila (Oreochromis sp.)Malau (2012).

9 Bacillus sp. BK 17 - Mampu menghambat layu Fussarium pada benihcabe merah (Capsicum annuum L.) Indarwan (2011).

10 Bacillus thuringinensis varaizawa IH-A - Penggunaan Bacillus thuringinensis sebagai bioinsektisida Sjamsuriputraet al. Bacillus Sebagai Agen Pengendali HayatiPengendalian hayati adalah proses pengurangan kepadatan inokulum atau aktivitaspatogen dalam menimbulkan penyakit yang berada dalam keadaan aktif maupundorman oleh satu atau lebih organisme baik secara aktif maupun denganmanipulasi lingkungan dan inang, dengan menggunakan agens antagonis atau denganmengintroduksi satu atau lebih organisme antagonis (Baker & Cook, 1974).Proses pengendalian hayati berjalan dengan lambat tetapi dapat berlangsungdalam periode yang cukup panjang, relatif murah dan tidak berbahaya bagikehidupan. Agens antagonis adalah mikroorganisme yang dapat mempengaruhikemampuan bertahan atau berpengaruh negatif terhadap aktivitas patogen dalammenimbulkan penyakit. Bahkan, agens antagonis dapat berasal dari strain patogenavirulen yang dapat menghambat perkembangan patogen (Agrios, 1997). GenusBacillus digunakan sebagai agen biokontrol secara luas, menghasilkan zatantimikroba berupa bakteriosin. Bakteriosin adalah zat antimikroba polipeptidaatau protein yang diproduksi oleh mikroorganisme yang bersifat bakterisida.Bakteriosin membunuh sel targetnya dengan menyisip pada membran target danmengakibatkan fungsi membran sel menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan sellisis (Compant et al., 2005). Bacillus sp juga diketahui menghasilkan spora danenzim kitinase yang mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen yaituAspergillus sp.

2 pada ikan nila (Oreachromis niloticus) secara in vivo maupunin vitro (Malau, 2012). Bacillus juga menghasilkan enzim yang banyak digunakandalam industri diantaranya Widyasti (2003) melaporkan Bacillus spp. Penghasilenzim α-amilase yang banyak digunakan dalam industri untuk menghidrolisisikatan α-1,4 glikosidik pati, glikogen dan substrat sejenisnya. Fuad et al.(2004) melaporkan Bacillus thermoglucosidasius AF-01 memproduksi parsialportease alkali yang memiliki sifat proteolitik yang cukup tinggi banyakdigunakan pada industri detergen dan makananan. KetahananSpora Bacillus di Lingkungan Menurut Gaman & Sherrington (1981), sporamerupakan “ body “ yang kuat dan keras terbentuk pada beberapa jenis bakteri.Waluyo (2007) ada dua tipe spora yang terbentuk, pertama terbentuk di dalam seldisebut dengan endospora dan di luar sel disebut dengan eksospora. Irianto(2006) resistensi endospora terhadap panas disebabkan oleh kadar air yangdikandungnya dan pembungkus spora yang tebal.

Waluyo (2007) endospora masihdapat bertahan pada suhu air mendidih selama 20 jam. Naufalin (1999) mekanismeketahanan spora terhadap panas adalah senyawa peptidoglikan yang merupakanpenyusun korteks dengan struktur ikatan silang dan bersifat elektronegatif,berperan dalam meningkatkan ketahanan spora terhadap panas dengan caramengontrol kandungan air di dalam protoplas yaitu mempertahankan kadar air yangrendah. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi sifat polimer peptidoglikan jugaikut berperan menurunkan ketahanan spora terhadap panas, misalnya adanya asamdan beberapa kation multivalent.

Salamah (2002) melaporkan pembentukan sporaBacillus thuringiensis subsp. Israelensis dimulai pada jam ke-9 dimungkinkankarena kondisi lingkungan yang kurang sesuai bagi sel yaitu pH ekstrim. (Lay,1994) mikroorganisme memiliki enzim yang berfungsi sempurna pada pH tertentu.Bila terjadi perubahan pH, pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme dapatberhenti. Waluyo (2007) bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadapkekeringan, panas, asam dan dingin karena dinding spora lebih bersifatimpermeabel dan spora mengandung sedikit air. Berdasarkan informasi ketahananspora terhadap lingkungan diperlukan bahan pembawa untuk mempertahankanviabilitas isolat uji.

Formulasi merupakan langkah awal di dalam usahapengendalian hayati yang dapat diusahakan secara komersial yang mampu menjagaketahanan spora terhadap lingkungan selama penyimpanan (Jones & Burges,1998). Enkapsulasipada bakteri dapat memberikan kondisi yang mampu melindungi mikroba daripengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti panas dan bahan kimia(Young et al., 1995).

Vladamir et al. (2002) enkapsulasi dalam ukuran kecilmemiliki beberapa keuntungan, antara lain melindungi suatu senyawa daripenguraian dan mengendalikan pelepasan suatu senyawa aktif. Rizqiati et al.(2008) melaporkan jenis bahan enkapsulasi yang berbeda akan mempengharuiviabilitas Lactobasillus plantarum setelah penyimpanan. Hasil analisisstatistik menunjukkan nilai viabilitas Lactobasillus plantarum setelahpenyimpanan untuk ketiga kombinasi jenis bahan enkapsulasi tidak berbeda nyata.Pada kultur biomasa diperoleh nilai viabilitas pada penggunaan bahanenkapsulasi susu skim 73,5%, susu skim-gum arab 72,5% dan gum arab 71, 5%. MenurutMaster (1997) enkapsulasi dikatakan berhasil jika bahan yang dienkapsulasimemiliki viabilitas sel yang baik dan sifat-sifat fisiologis yang relatif samadengan sebelum dan sesudah dienkapsulasi. Desmond et al.

(2002) penggunaanbahan untuk enkapsulasi perlu dipertimbangkan, karena masingmasing bahanmempunyai karakter yang berbeda dan belum tentu cocok dengan bahan inti yangakan dienkapsulasi. Adapun beberapa komposisi bahan pembawa digunakan yaitu:Talek adalah mineral yang lunak dengan komposisi kimia (Mg3SiO10(OH)2) danumumnya sebagai mineral sekunder hasil hidrasi batuan yang mengandungmagnesium, seperti peridotit, gabro, dan dolomit. Talek dapat ditemukan dalampasir dan lumpur yang mempunyai ikatan kuat.

Talek merupakan jenis tanahmineral yang dominan berasosiasi dengan kaolinit dan gibsit. Stabilitas talekrelatif berbeda dengan mineral liat yang lain memiliki struktur halus, licindan penghantar panas tinggi (Dixon, 1989). Sulistiani (2009) melaporkanpengaruh interaksi jenis formulasi dan lama penyimpanan formulasi spora B.subtilis memberikan hasil yang beragam. Formulasi talek pada penyimpanan ke-6mencapai panjang optimum pada benih padi jika dibandingkan dengan formulasilainnya. Hal ini terjadi karena kombinasi perlakuan paling efektif jikamenggunakan formulasi talek dengan waktu aplikasi Universitas Sumatera Utara9pada minggu ke-6 (9,76 cm).

Selain jenis formulasi lama penyimpanan jugamemberikan pengaruh terhadap viabilitas spora. TapiokaPati merupakan karbohidrat yang tersimpan dalam tanaman terutama tanamanberklorofil.

Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung asal patitersebut. Pati telah lama digunakan sebagai bahan makanan maupun non-foodseperti perekat, dalam industri tekstil, polimer atau sebagai bahan tambahandalam sediaan farmasi. Penggunaan pati dalam bidang farmasi sebagai formula sediaantablet, baik sebagai bahan pengisi, penghancur maupun sebagai bahan pengikat(Winarno, 1984). Tepung tapioka pada dasarnya merupakan pati dari ketela pohon,dengan komposisi sebagai berikut: kalori (362 kal), karbohidrat (86,9 g),protein (0,5 g), lemak (0,3 g), kalsium (20 mg), fosfor (7 mg), besi (1,6 mg),kalium (11 mg), natrium (1 mg), magnesium (1 mg) dan air (12 g) (Djali &Riswanto, 2001).

Bacillus Thuringiensis Pronunciation

Wijayanti (2010) melaporkan tepung tapioka berpotensi sebagaicampuran bahan pembawa natrium alginat pada pupuk biologis yang dihasilkanmelalui enkapsulasi. ViabilitasAzospirillum brasilense di dalam kapsul Ca-alginat dan di dalam formula bahanpembawa (perbandingan konsentrasi antara natrium alginat dan tepung tapioka)sangat baik. Viabilitas A. Brasilense bertahan selama masa simpan. 2.4.4Kitosan Kitosan tidak larut dalam air, tetapi larut dalam asam lemah encer(misalnya, asam asetat 1% v/v). Kitosan memiliki struktur yang mirip denganselulosa, tetapi gugus hidroksil pada C-2 diganti dengan gugus amino. Senyawaini dapat diperoleh dari kulit udang dengan cara mendestilasi kitinnya (Timmyet al.,2002) melaporkan kemampuan enkapsulasi sistem penyalutan gandaalginat-kitosan lebih baik bila dibandingkan dengan gelatin.

Enkapsulasiibuprofen dengan penyalut alginat-kitosan menghasilkan kapsul dengan diameterantara 1 dan 2 mm. Enkapsulasi tersebut memiliki nilai efisiensi 86% lebihtinggi jika dibandingkan dengan penyalut gelatin nilai efesiensi 6,67% yangtelah dilakukan oleh peneliti lainnya. Konsentrasi kitosan menaikkan massakapsul akan tetapi, jumlah ibuprofen dan konsentrasi kitosan tidak berpengaruhterhadap efesiensi enkapsulasinya melainkan faktor waktu penyimpanan larutanalginat yang digunakan untuk pembuatan kapsul. 2.4.3 Tepung Jagung Jagung mempunyainilai gizi yang relatif cukup baik, mengandung protein 10%, lipid 4,4% dankandungan pati sekitar 72%. Kandungan asam amino lisin, triptopan, danisoleusin. Komposisi tepung jagung terdiri dari: kalori (355 kal); karbohidrat(73,7 g); protein (9,2 g); lemak (3,9 g); kalsium (7 mg); fosfor (256 mg); besi(2,4 mg); kalium (287 mg); natrium (35 mg); magnesium (127 mg); vitamin A (510SI); vitamin B1 (0,38 mg) dan air (12 g) (Mudjisihono & Munarsono, 1993). Sulistiani(2009) melaporkan viabilitas spora Bacillus subtilis dalam berbagai formulasidipengaruhi oleh jenis formulasi dan lama penyimpanan.

Pengaruh jenis formulasispora B. Subtilis menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap formulasi yangdigunakan. Formulasi tepung jagung memiliki nilai 6,92 cfu/g dalam mendukungketahanan hidup spora B. Subtilis selama penyimpanan. Hal ini disebabkan karenatepung jagung memilliki kandungan pati, gula, dan kadar air yang cukup untukmemenuhi kebutuhan nutrisi bakteri. Namun tidak sebaik formulasi campuran antaratepung jagung, tepung udang, zeolit dan dedak memiliki nilai tertinggi 7,77cfu/g.

Hal ini disebabkan adanya tepung udang yang berasal dari cangkang udangmemiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk mendukung viabilitas sporaB. Subtilis selama penyimpanan.

Sumber: Bacillus merupakan bakteri Grampositif, berbentuk batang, beberapa spesies bersifat aerob obligat dan bersifatanaerobik fakultatif, dan memiliki endospora sebagai struktur bertahan saatkondisi lingkungan tidak mendukung. Bentuk spora (endospora) Bacillusbervariasi bergantung pada spesiesnya. Endospora ada yang lebih kecil dan adajuga yang lebih besar dari pada diameter sel induknya. Pada umumnya sporulasiterjadi bila keadaan medium memburuk, zat-zat yang timbul sebagai pertukaranzat yang terakumulasi dan faktor luar lainnya yang merugikan.

Bacillusmempunyai sifat yang lebih menguntungkan daripada mikroorganisme lain karenadapat bertahan hidup dalam waktu yang lama pada kondisi lingkungan yang tidakmenguntungkan untuk pertumbuhannya. Spesies jenis Bacillus juga berbeda dalam sifatpertumbuhannya. Beberapa bersifat mesofilik misalnya Bacillus subtilis yanglainnya bersifat termofilik fakultatif misalnya Bacillus coagulans atautermofilik pada Bacillus stearothermophilus sering menyebabkan kerusakan padamakanan kaleng. Sebanyak 22 spesies Bacillus telah diidentifikasi diantaranyabanyak ditemukan pada makanan.

Beberapakelompok bakteri Bacillus menghasilkan metabolit sekunder yang dapat menekanpertumbuhan patogen (Backman et al.,1994). Bacillus telah banyak diaplikasikanpada benih untuk mencegah patogen tular tanah seperti Fusarium oxysporum,Rhizoctonia solani, Botrytis cinera, Phytium sp. Dan Sclerotium rolfsii (Baker& Cook, 1974). Berpotensi sebagai pemacu pertumbuhan tanaman- Biokontrol fungi patogen akar Widyawati (2008).

Bacillus subtilis -Sebagai agen pengendali hayati - Sebagai PGR (Plant Growth PromotingRhizobacteria) Sulistiani (2009). Bacillus subtilis - Memiliki pengaruhbiofungisida terhadap serangan penyakit antraknosa pada cabai merah (Capsicumannuum L.) Kusnadi et al. Bacillus thuringinensis - Memproduksibioinsektisida pada media tapioka Salamah (2002). Bacillus thuringinensis -Memproduksi bioinsektisida pada media air kelapa Priatno (1999). Pengahasil α- amilase ekstraseluler Widyasti (2003). Bacillusthermoglucosidasius AF-01 - Memproduksi parsial protease alkali Fuad et al.(2004). Bacillus licheniformis - Sebagai feed suplement terhadap pertumbuhanikan nila merah Haetami et al.

BK 17 - Mampu menghambatjamur patogen Aspergillus sp. Yang menginfeksi ikan nila (Oreochromis sp.)Malau (2012). 9 Bacillus sp.

BK 17 - Mampu menghambat layu Fussarium pada benihcabe merah (Capsicum annuum L.) Indarwan (2011). 10 Bacillus thuringinensis varaizawa IH-A - Penggunaan Bacillus thuringinensis sebagai bioinsektisida Sjamsuriputraet al. Bacillus Sebagai Agen Pengendali HayatiPengendalian hayati adalah proses pengurangan kepadatan inokulum atau aktivitaspatogen dalam menimbulkan penyakit yang berada dalam keadaan aktif maupundorman oleh satu atau lebih organisme baik secara aktif maupun denganmanipulasi lingkungan dan inang, dengan menggunakan agens antagonis atau denganmengintroduksi satu atau lebih organisme antagonis (Baker & Cook, 1974).Proses pengendalian hayati berjalan dengan lambat tetapi dapat berlangsungdalam periode yang cukup panjang, relatif murah dan tidak berbahaya bagikehidupan. Agens antagonis adalah mikroorganisme yang dapat mempengaruhikemampuan bertahan atau berpengaruh negatif terhadap aktivitas patogen dalammenimbulkan penyakit.

Bahkan, agens antagonis dapat berasal dari strain patogenavirulen yang dapat menghambat perkembangan patogen (Agrios, 1997). GenusBacillus digunakan sebagai agen biokontrol secara luas, menghasilkan zatantimikroba berupa bakteriosin. Bakteriosin adalah zat antimikroba polipeptidaatau protein yang diproduksi oleh mikroorganisme yang bersifat bakterisida.Bakteriosin membunuh sel targetnya dengan menyisip pada membran target danmengakibatkan fungsi membran sel menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan sellisis (Compant et al., 2005). Bacillus sp juga diketahui menghasilkan spora danenzim kitinase yang mampu menghambat pertumbuhan jamur patogen yaituAspergillus sp. 2 pada ikan nila (Oreachromis niloticus) secara in vivo maupunin vitro (Malau, 2012). Bacillus juga menghasilkan enzim yang banyak digunakandalam industri diantaranya Widyasti (2003) melaporkan Bacillus spp.

Penghasilenzim α-amilase yang banyak digunakan dalam industri untuk menghidrolisisikatan α-1,4 glikosidik pati, glikogen dan substrat sejenisnya. Fuad et al.(2004) melaporkan Bacillus thermoglucosidasius AF-01 memproduksi parsialportease alkali yang memiliki sifat proteolitik yang cukup tinggi banyakdigunakan pada industri detergen dan makananan. KetahananSpora Bacillus di Lingkungan Menurut Gaman & Sherrington (1981), sporamerupakan “ body “ yang kuat dan keras terbentuk pada beberapa jenis bakteri.Waluyo (2007) ada dua tipe spora yang terbentuk, pertama terbentuk di dalam seldisebut dengan endospora dan di luar sel disebut dengan eksospora. Irianto(2006) resistensi endospora terhadap panas disebabkan oleh kadar air yangdikandungnya dan pembungkus spora yang tebal. Waluyo (2007) endospora masihdapat bertahan pada suhu air mendidih selama 20 jam.

Naufalin (1999) mekanismeketahanan spora terhadap panas adalah senyawa peptidoglikan yang merupakanpenyusun korteks dengan struktur ikatan silang dan bersifat elektronegatif,berperan dalam meningkatkan ketahanan spora terhadap panas dengan caramengontrol kandungan air di dalam protoplas yaitu mempertahankan kadar air yangrendah. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi sifat polimer peptidoglikan jugaikut berperan menurunkan ketahanan spora terhadap panas, misalnya adanya asamdan beberapa kation multivalent. Salamah (2002) melaporkan pembentukan sporaBacillus thuringiensis subsp. Israelensis dimulai pada jam ke-9 dimungkinkankarena kondisi lingkungan yang kurang sesuai bagi sel yaitu pH ekstrim. (Lay,1994) mikroorganisme memiliki enzim yang berfungsi sempurna pada pH tertentu.Bila terjadi perubahan pH, pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme dapatberhenti.

Waluyo (2007) bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadapkekeringan, panas, asam dan dingin karena dinding spora lebih bersifatimpermeabel dan spora mengandung sedikit air. Berdasarkan informasi ketahananspora terhadap lingkungan diperlukan bahan pembawa untuk mempertahankanviabilitas isolat uji. Formulasi merupakan langkah awal di dalam usahapengendalian hayati yang dapat diusahakan secara komersial yang mampu menjagaketahanan spora terhadap lingkungan selama penyimpanan (Jones & Burges,1998).

Enkapsulasipada bakteri dapat memberikan kondisi yang mampu melindungi mikroba daripengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti panas dan bahan kimia(Young et al., 1995). Vladamir et al. (2002) enkapsulasi dalam ukuran kecilmemiliki beberapa keuntungan, antara lain melindungi suatu senyawa daripenguraian dan mengendalikan pelepasan suatu senyawa aktif. Rizqiati et al.(2008) melaporkan jenis bahan enkapsulasi yang berbeda akan mempengharuiviabilitas Lactobasillus plantarum setelah penyimpanan.

Hasil analisisstatistik menunjukkan nilai viabilitas Lactobasillus plantarum setelahpenyimpanan untuk ketiga kombinasi jenis bahan enkapsulasi tidak berbeda nyata.Pada kultur biomasa diperoleh nilai viabilitas pada penggunaan bahanenkapsulasi susu skim 73,5%, susu skim-gum arab 72,5% dan gum arab 71, 5%. MenurutMaster (1997) enkapsulasi dikatakan berhasil jika bahan yang dienkapsulasimemiliki viabilitas sel yang baik dan sifat-sifat fisiologis yang relatif samadengan sebelum dan sesudah dienkapsulasi.

Desmond et al. (2002) penggunaanbahan untuk enkapsulasi perlu dipertimbangkan, karena masingmasing bahanmempunyai karakter yang berbeda dan belum tentu cocok dengan bahan inti yangakan dienkapsulasi.

Adapun beberapa komposisi bahan pembawa digunakan yaitu:Talek adalah mineral yang lunak dengan komposisi kimia (Mg3SiO10(OH)2) danumumnya sebagai mineral sekunder hasil hidrasi batuan yang mengandungmagnesium, seperti peridotit, gabro, dan dolomit. Talek dapat ditemukan dalampasir dan lumpur yang mempunyai ikatan kuat.

Talek merupakan jenis tanahmineral yang dominan berasosiasi dengan kaolinit dan gibsit. Stabilitas talekrelatif berbeda dengan mineral liat yang lain memiliki struktur halus, licindan penghantar panas tinggi (Dixon, 1989).

Sulistiani (2009) melaporkanpengaruh interaksi jenis formulasi dan lama penyimpanan formulasi spora B.subtilis memberikan hasil yang beragam. Formulasi talek pada penyimpanan ke-6mencapai panjang optimum pada benih padi jika dibandingkan dengan formulasilainnya. Hal ini terjadi karena kombinasi perlakuan paling efektif jikamenggunakan formulasi talek dengan waktu aplikasi Universitas Sumatera Utara9pada minggu ke-6 (9,76 cm). Selain jenis formulasi lama penyimpanan jugamemberikan pengaruh terhadap viabilitas spora. TapiokaPati merupakan karbohidrat yang tersimpan dalam tanaman terutama tanamanberklorofil.

Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung asal patitersebut. Pati telah lama digunakan sebagai bahan makanan maupun non-foodseperti perekat, dalam industri tekstil, polimer atau sebagai bahan tambahandalam sediaan farmasi. Penggunaan pati dalam bidang farmasi sebagai formula sediaantablet, baik sebagai bahan pengisi, penghancur maupun sebagai bahan pengikat(Winarno, 1984). Tepung tapioka pada dasarnya merupakan pati dari ketela pohon,dengan komposisi sebagai berikut: kalori (362 kal), karbohidrat (86,9 g),protein (0,5 g), lemak (0,3 g), kalsium (20 mg), fosfor (7 mg), besi (1,6 mg),kalium (11 mg), natrium (1 mg), magnesium (1 mg) dan air (12 g) (Djali &Riswanto, 2001). Wijayanti (2010) melaporkan tepung tapioka berpotensi sebagaicampuran bahan pembawa natrium alginat pada pupuk biologis yang dihasilkanmelalui enkapsulasi. ViabilitasAzospirillum brasilense di dalam kapsul Ca-alginat dan di dalam formula bahanpembawa (perbandingan konsentrasi antara natrium alginat dan tepung tapioka)sangat baik. Viabilitas A.

Brasilense bertahan selama masa simpan. 2.4.4Kitosan Kitosan tidak larut dalam air, tetapi larut dalam asam lemah encer(misalnya, asam asetat 1% v/v).

Kitosan memiliki struktur yang mirip denganselulosa, tetapi gugus hidroksil pada C-2 diganti dengan gugus amino. Senyawaini dapat diperoleh dari kulit udang dengan cara mendestilasi kitinnya (Timmyet al.,2002) melaporkan kemampuan enkapsulasi sistem penyalutan gandaalginat-kitosan lebih baik bila dibandingkan dengan gelatin. Enkapsulasiibuprofen dengan penyalut alginat-kitosan menghasilkan kapsul dengan diameterantara 1 dan 2 mm. Enkapsulasi tersebut memiliki nilai efisiensi 86% lebihtinggi jika dibandingkan dengan penyalut gelatin nilai efesiensi 6,67% yangtelah dilakukan oleh peneliti lainnya. Konsentrasi kitosan menaikkan massakapsul akan tetapi, jumlah ibuprofen dan konsentrasi kitosan tidak berpengaruhterhadap efesiensi enkapsulasinya melainkan faktor waktu penyimpanan larutanalginat yang digunakan untuk pembuatan kapsul. 2.4.3 Tepung Jagung Jagung mempunyainilai gizi yang relatif cukup baik, mengandung protein 10%, lipid 4,4% dankandungan pati sekitar 72%. Kandungan asam amino lisin, triptopan, danisoleusin.

Bacillus Thuringiensis Gram Stain

Komposisi tepung jagung terdiri dari: kalori (355 kal); karbohidrat(73,7 g); protein (9,2 g); lemak (3,9 g); kalsium (7 mg); fosfor (256 mg); besi(2,4 mg); kalium (287 mg); natrium (35 mg); magnesium (127 mg); vitamin A (510SI); vitamin B1 (0,38 mg) dan air (12 g) (Mudjisihono & Munarsono, 1993). Sulistiani(2009) melaporkan viabilitas spora Bacillus subtilis dalam berbagai formulasidipengaruhi oleh jenis formulasi dan lama penyimpanan. Pengaruh jenis formulasispora B. Subtilis menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap formulasi yangdigunakan.

Formulasi tepung jagung memiliki nilai 6,92 cfu/g dalam mendukungketahanan hidup spora B. Subtilis selama penyimpanan. Hal ini disebabkan karenatepung jagung memilliki kandungan pati, gula, dan kadar air yang cukup untukmemenuhi kebutuhan nutrisi bakteri.

Namun tidak sebaik formulasi campuran antaratepung jagung, tepung udang, zeolit dan dedak memiliki nilai tertinggi 7,77cfu/g. Hal ini disebabkan adanya tepung udang yang berasal dari cangkang udangmemiliki kandungan protein yang cukup tinggi untuk mendukung viabilitas sporaB. Subtilis selama penyimpanan.